Sabtu, 09 April 2016

Apa  Prinsip dasar kepemimpinan Sukses dalam Islam ? berikut adalah 3  Prinsip dasar kepemimpinan Sukses dalam Islam yang dijadikan pedoman oleh para pemimpin besar selama ini, sehingga mereka sukses dalam mengemban amanahnya

1· Musyawarah

Musyawarah adalah prinsip pertama dalam kepemimpinan Islam. Qur’an menyatakan dengan jelas bahwa pemimpin Islam wajib mengadakan musyawarah dengan orang yang mempunyai pengetahuan atau dengan orang yang dapat memberikan pandangan yang baik.

“Dan bagi orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka” (42:38)

Rasulullah saw juga telah diperintahkan oleh Allah supaya melakukan musyawarah dengan sahabat-sahabat beliau: “Maka rahmat Allahlah yang telah menyebabkan kamu berlemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan tersebut. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakal kepada-Nya” (3:159)

Dengan bermusyawarah memungkinkan para anggota organisasi bisa berperan serta dan terlibat dalam proses pembuatan keputusan. Pada saat yang sama musyawarah berfungsi sebagai tempat mengawasi tingkah laku pemimpin agar tidak menyimpang dari tujuan umum kelompok.

Tentu saja pemimpin tidak wajib melaksanakan musyawarah dalam setiap masalah. Masalah rutin hendaklah ditanggulangi secara berbeda dengan masalah yang menyangkut pembuatan kebijaksanaan. Apa yang rutin dan apa yang tidak harus disusun dan dirumuskan oleh masing-masing kelompok sesuai dengan ukuran, kebutuhan, sumber daya dan lingkungannya.

2· Adil

Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya atau sesuai porsinya. Nah, pemimpin seharusnya memperlakukan manusia secara adil dan tidak berat sebelah, tidak membeda-bedakan suku bangsa, warna kulit, keturunan, dan agama. Qur’an memerintahkan agar kaum muslimin berlaku adil ketika berurusan dengan para penentang mereka. Apalagi berlaku adil kepada orang-orang yang dipimpinnya.

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum antara manusia supaya kamu berlaku adil...” (4:58)

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil lebih dekat kepada takwa...” (5:8)

3· Kebebasan berfikir

Pemimpin Islam hendaklah memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok untuk dapat mengemukakan pendapatnya secara aktif. Mereka dapat mengeluarkan pandangan atau keberatan-keberatan mereka dengan bebas, serta mendapat jawaban dari segala persoalan yang mereka ajukan. Al Khulafa’ar-Rasyidun memandang persoalan ini sebagai unsur penting bagi kepemimpinan mereka. Ketika seorang wanita tua menegur Sayyidina Umar Bin Khattab waktu beliau berpidato di sebuah masjid, beliau dengan rela mengakui kesalahannya, dan bersyukur kepada Allah swt, karena masih ada orang yang mau membetulkan kesalahannya. Pada suatu hari Sayyidina Umar pernah pula bertanya kepada ummat Islam mengenai apa yang akan dilakukan oleh mereka jika beliau melanggar prinsip-prinsip Islam. Seorang lelaki menyahut bahwa kami akan meluruskannya dengan sebilah pedang. Sayyidina Umar bersyukur kepada Allah karena masih ada orang di lingkungan umat yang akan mengoreksi kesalahannya.

Pemimpin hendaklah berjuang menciptakan suasana kebebasan berfikir dan saling bertukar gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling menasehati satu sama lain, hingga para pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan bersama.

Seorang muslim diminta memberikan nasehat yang ikhlas apabila diperlukan. Tamim Bin Aws meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

“Agama adalah nasehat, kami berkata: kepada siapa? Beliau menjawab, Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dan kepada masyarakat kamu” (Sahih Muslim)

0 komentar:

Posting Komentar

Berpolitik adalah Ibadah, Mari Berdakwah dg penuh Hikmah dan Amanah, demi Kejayaan Ummah

Selamat Datang di Sekolah Kepemimpinan Istana Mulia (IM) : Welcome to School of Leadership

Jika ingin berbagi silahkan kirim email ke sahabatayi@gmail.com

Studi Bidang Kepemimpinan dan Kewirausahaan Populer