Sabtu, 20 November 2021


Sahabat Hebat Mulia

Kedudukan seorang pemimpin dalam Islam sangatlah penting. Bahkan keberadaannya FARDHU KIFAYAH, dimana setiap manusia akan berdosa apabila tidak adanya seorang pemimpin pun dan pembebanan hukum tersebut terbebas manakala salah seorang dari umat telah terpilih menjadi pemimpin

Pemimpin dalam sebuah organisasi memiliki peranan penting dalam mengarahkan, mangatur, mengelola dan mempengaruhi para bawahannya. Tanpa adanya orang yang mengatur dan mengarahkan suatu organisasi niscaya organisasi tersebut tidak adakan bisa mencapai tujuannya sesuai dengan visi dan misinya.

Kepemimpinan Bukan Semata Kekuasaan, Bukan Jabatan Dan Kewenangan Yang Mesti Dibanggakan dan  bukan PENGHARGAAN.

Kepemimpinan Bukan Pula Barang Dagangan Yang Dapat Diperjual Belikan.

Kepemimpinan Yang Tidak Dijalankan Secara Professional Dan Proporsional Adalah Penghianatan Terhadap Allah Dan Rasul-nya.

Hakekat kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah AMANAH yang harus dijalankan dengan baik dan dipertanggungjawabkan bukan saja di dunia tapi juga di hadapan Allah nanti di akhirat. 

Berikut 6 Prinsip - prinsip kepemimpinan Sukses dalam Islam MENURUT IBNU KHOLDUN KITAB MUQODIMAH


1. QUDWAH HASANAH

Kepemimpinan akan menjadi efektif apabila dilakukan tidak hanya dengan nasihat tapi juga dengan ketauladanan yang baik dan bijaksana.

“Sesungguhnya Telah Ada Pada (Diri) Rasulullah Itu Suri Teladan Yang Baik Bagimu (Yaitu) Bagi Orang Yang Mengharap (Rahmat) Allah & Hari Kiamat Dan Dia Banyak Menyebut Allah”. QS: Al-ahzab : 21

Pemimpin adalah Sosok yang mampu mewujudkan teori kepemimpinan yang telah dimilikinya dalam kehidupan praktek organisasi, baik melalui tingkah laku maupun konsep – konsep pemikiran.

Rosulullah SAW adalah Great Leader in The World (Michael H. Hart dalam Buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia)

2. MUSYAWWARAH


Perlibatan Seluruh Komponen Masyarakat Secara Proporsional Dalam Keikutsertaan Dalam Pengambilan Sebuah Keputusan Atau Kebijaksanaan.

MENGAMBIL SUATU KEPUTUSAN ATAU KEBIJAKSANAAN DIHARUSKAN TIDAK HANYA MENGAMBIL TINDAKAN ATAS DASAR PERSEPSINYA SENDIRI SAJA, AKAN TETAPI HARUS MELIBATKAN BERBAGAI KOMPONEN BAIK ITU MASYARAKAT, MAUPUN ANGGOTA-ANGGOTA LAIN DALAM PEMERINTAHAN ITU SENDIRI.

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal." (QS. Ali Imran: 159).

tafsir dari Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu bermusyawarah dengan mereka apabila menghadapi suatu masalah. Di antaranya musyawarah dalam urusan peperangan, di antaranya adalah musyawarah mengenai poisisi Rasulullah dalam perang. Hingga akhirnya Al-Munzir ibnu Amr mengusulkan agar Rasulullah berada di hadapan pasukan kaum muslim).

Selain itu, Rasulullah pun pernah mengajak kaum muslim bermusyawarah sebelum Perang Uhud. Musyawarah itu terkait dengan pilihan Rasulullah untuk tetap berada di Madinah atau justru keluar menyambut kedatangan musuh. Kemudian hasilnya sebagian besar dari mereka mengusulkan agar semuanya berangkat menghadapi mereka. Rasulullah pun berangkan bersama pasukannya menuju musuh-musuhnya berada.

Musyawarah lainnya dilakukan oleh Rasulullah dalam Perang Khandaq. Rasulullah meminta pendapat dari kaum muslimin tentang perdamaian dengan golongan yang bersekutu. Rasul mengusulkan untuk memberi sepertiga dari hasil buah-buahan Madinah.

Namun usul itu ditolak oleh dua orang Sa'd, yaitu Sa'd ibnu Mu'az dan Sa'd ibnu Ubadah. Pada akhirnya Rasulullah menuruti pendapat mereka.

Dalam Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah kembali mengajak kaum muslimin untuk bermusyawarah. Rasul mengusulkan apakah sebaiknya mereka melakukan penyerangan pada orang-orang musyrik.

Abu Bakar As-Siddiq pun berpendapat, "Sesungguhnya kita datang bukan untuk berperang, melainkan kita datang untuk melakukan ibadah umrah."

Kemudian Rasulullah menghargai pendapat Abu Bakar tersebut. Berdasarkan kisah-kisah yang disebutkan sebelumnya, dapat dibuktikan bahwa hal itulah yang membuat kaumnya patuh dan setia dengan Rasul. Sebab keputusan-keputusan dari Rasulullah merupakan hasil musyawarah bersama di antara mereka sendiri.

Dalam Surah Ali Imran ayat 159 ini juga Allah berfirman untuk selalu bertawakallah kepada Allah setelah mencapai hasil mufakat dalam suatu musyawarah. Seperti Rasulullah dan kaumnya yang tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi.

3. ADIL – AL-’ADALAH

Prinsip kepemimpinan yang tidak memilih pada salah satu pihak manapun. Tapi pegangannya hanya didasarkan pada kebenaran semata berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu Pemimpin) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Alloh melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. AN Nahl 90)”

“Dan Kami Allah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (QS. Anbiya : 73)”.

4. KELEMBUTAN HATI DAN SALING MENDOAKAN

Pemimpin yang mengikuti pribadi Rasul dan para sahabat yang lembut hatinya, halus perangainya dan santun perkataannya.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. “ Q.S Ali-Imran ayat 159

5. KEBEBASAN BERIFIKIR, KREATIVITAS DAN BERIJTIHAD.

Kepemimpinan yang terus berpikir, inovatif, kreatif dengan ijtihad tajamnya untuk menjaga dan membela yang dipimpinnya.

Terdapat lebih dari 640 ayat yang mendorong manusia untuk berpikir. Oleh karena itu kita, diperintahkan oleh Syari’at untuk menggunakan akal pikiran kita. Allah telah mengistimewakan manusia dibandingkan dengan makhluk lainya dengan adanya akal dan kecerdasan yang tinggi.

“….Kemudian Kami jadikan dia (manusia) makhluk yang unik. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’min)

“Demikianlah, Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat–Nya, agar kamu berpikir”(QS. Al Baqarah [2]: 219)

6. KOLABORATIF – BERSINERGI

Kepemimpinan yang baik adalah yang mengedapnakan Sinergitas dengan Membangun Kebersamaan Dan Mengoptimalkan Sumberdaya manusia yang ada. Menciptakan kolaborasi dalam kebaikan dan taqwa

“Dan tolong-menolonglah kamu sekalian pada kebaikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan ....“Q.S. al-Maidah ayat 3)

tag : 6 Prinsip - prinsip kepemimpinan Sukses dalam Islam MENURUT IBNU KHOLDUN KITAB MUQODIMAH

1 komentar:

  1. masyaaAlloh tabarokalloh.....materinya bagus sekali....semoga semua bisa mendapatkan manfaatnya

    BalasHapus

Berpolitik adalah Ibadah, Mari Berdakwah dg penuh Hikmah dan Amanah, demi Kejayaan Ummah

Selamat Datang di Sekolah Kepemimpinan Istana Mulia (IM) : Welcome to School of Leadership

Jika ingin berbagi silahkan kirim email ke sahabatayi@gmail.com

Studi Bidang Kepemimpinan dan Kewirausahaan Populer